Minggu, 05 Desember 2010

Fireworks


Pernah merasa paling kerdil, gak berguna, dan putus asa? Ketika orang-orang di sekitar kamu juga rasanya gak bisa bantu kamu? Merasa kalo kamu itu paling tidak dimengerti sama orang-orang? Ketika kamu ingin mengungkapkan kesal yang ada di hati kamu, tapi gak ada orang yang bisa diajak share? Kesel, bingung, mau marah, pengen nangis rasanya... Ya, itu yang sedang aku rasakan akhir-akhir ini.

Mengharapkan hal yang nyaris mustahil, dan itu parahnya selalu menghatui pikiranku. Dan aku juga entah harus melakukan apa pada diriku sendiri, harus memulai dari mana, bercerita pada siapa, tak ada pilihan. Ini mungkin sifat jelekku.Tapi aku juga tak bisa menyalahkan keadaan atau menyalahkan orang-orang di sekitar. Atau bahkan terus menyalahkan diri sendiri, menganggap bahwa semua terjadi karena aku yang tidak becus menjalani hidup ini.

Ayolah...kau harus berpikir positif atas semua yang terjadi. Ketika semua yang tidak ingin diingat malah muncul, anggap saja itu merupakan pelajaran lama di buku catatan, kadang terbuka juga kan...Dan di dalam otak, pasti banyak ingatan-ingatan yang bertumpuk, kadang muncul begitu saja. Itu hanya fisiologi normal saja...:D

Semua masalah itu akan membuatmu makin kuat, makin membuatmu makin bersinar. Karena itulah yang membuat hidupmua lebih berwarna. maka dari itu, warnai juga hidup disekitarmu. Sinari redupnya hidup. Just like fireworks. You are fireworks that burst color on your world and make its shining and brighter than moon! Forget, forget all of your unhappy. Your life is too short to be unhappy...


Fireworks - Katty Perry

Do you ever feel like a plastic bag
Drifting throught the wind
Wanting to start again

Do you ever feel, feel so paper thin
Like a house of cards
One blow from caving in

Do you ever feel already buried deep
Six feet under scream
But no one seems to hear a thing

Do you know that tehre's still a chance for you
Cause there's a spark in you

You just gotta ignite the light
And let it shine
Just own the night
Like the Fourth of July

Cause baby you're a firework
Come on show 'em what your worth
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
As you shoot across the sky-y-y

Baby you're a firework
Come on let your colors burst
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
You're gunna leave 'em fallin' down-own-own

You don't have to feel like a waste of space
You're original, cannot be replaced
If you only knew what the future holds
After a hurricane comes a rainbow

Maybe you're reason why all the doors are closed
So you can open one that leads you to the perfect road

Like a lightning bolt, your heart will blow
And when it's time, you'll know

You just gotta ignite the light
And let it shine
Just own the night
Like the Fourth of July

Cause baby you're a firework
Come on show 'em what your worth
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
As you shoot across the sky-y-y

Baby you're a firework
Come on slet your colors burst
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
You're gunna leave 'em fallin' down-own-own

Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon
It's always been inside of you, you, you
And now it's time to let it through

Cause baby you're a firework
Come on show 'em what your worth
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
As you shoot across the sky-y-y

Baby you're a firework
Come on let your colors burst
Make 'em go "Oh, oh, oh!"
You're gunna leave 'em goin "Oh, oh, oh!"

Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon
Boom, boom, boom
Even brighter than the moon, moon, moon

Pic: deviantart.com

Selasa, 26 Oktober 2010

Tanggal Bersejarah: 26 Oktober 2010

Ya Allah... Rasanya baru kemarin saat aku di keroyok sepupu-sepupuku dengan adonan telor, terigu, gula, dan masih pula aku harus pasrah di empang tetangga (katanya empangnya lagsung ditutup setelah insiden itu!). Itu saat aku 16 tahun.

Rasanya pula baru kemarin aku makan pempek di depan Bank BNI Garut bersama sahabat-sahabatku. Rindu bersama mereka. Di ingatkan pula oleh kedua orang tuaku bahwa aku telah menginjak 17 tahun, aku telah beranjak dewasa, harus semakin bisa bersikap dewasa dan bijaksana.

Saat 18 tahun, aku sadar ini adalah tahun terakhirku menjadi anak-anak. Saat aku bimbang akan diteruskan kemana pendidikanku. Ketika akhirnya ini menjadi ulang tahun terakhirku di "Penjara Suci" memutar kembali film kebersamaan yang tak pernah luntur bersama mereka. 14 FRIEND...

Indah sekali rasanya menyusuri malam di Malioboro. 26 Oktober 2009. Tahun lalu... Tahun pertama aku mencoba hidup lebih mandiri. Indahnya...

Kini, tak terasa aku telah memasuki gerbang umur dewasa. Kepala 2. Oh,,aku merasa tua! Haha... Semoga tahun ini lebih bermakna bagiku. Bisa menjadi yang terbaik bagi kedua orang tuaku dan berguna bagi semua orang. Dunia berjalan memang begitu cepat.

Tapi kini aku pun bersedih. 26 Oktober 2010 menjadi tanggal dimana Gunung Merapi meletus yang 68 kalinya sejak tahun 1548. Tepat hari ini, hariku... Pasti akan banyak orang yang mengingat hari ini. Hari ini bersejarah bagi Indonesia. Apa yang bisa aku lakukan? Sempat terlintas di pikiranku untuk langsung pergi kesana, membantu teman-teman TBM FKIK UMY (Tim Bantuan Medis FKIK UMY) dan warga disana. Tapi apakah dengan aku kesana tidak lebih merepotkan? Keadaan belum stabil, info-info dan berita yang simpang siur membuat warga di bawah pun ikut khawatir. Do'a, setidaknya kita berdo'a atas keselamatan semua warga disana.

Merapi belum juga tenang, lautan di Mentawai pun sebelumnya mengamuk. Gempa 7,2 SR di susul tsunami menambah korban di Indonesia. Bencana besar susul-menyusul. Tentu akan banyak orang yang mengingat hari ini. Aku ingin Indonesia aman dan tentram kembali...

Ya Allah... Selamatkanlah kami dari bencana ini. Berkahilah kami ya Allah...

Senin, 18 Oktober 2010

Softlens Oh Softlens...


Waaww...^,^

Itu kata yang aku ucapkan setelah berhasil pake softlens yang baru aku beli. Sereem... Takuut... Awalnya gitu sih, tapi pas udah dipake, enjoy... Secara gitu yah, sejak kelas 2 SMP mataku udah gak normal. Bosen pake kacamata, trus penasaran, intinya sih itu kenapa aku pengen pake softlens.


Semoga everything's gonna be ok, gada iritasi dan masalah-masalah mata lainnya. Lindungi aku ya Allah, hehe... Akhirnya aku bisa liat jelas tanpa pake kacamata...Tapi tenang kacamataku, aku pasti masih butuh kamu qo, kamu kan pahlawan aku selama 7 tahun ini, luv u deh.. Tanpa kamu, aku gak bisa liat jelas... Haha, lebay bangeet... ^^

Selasa, 05 Oktober 2010

Mimpi Si Kura-Kura



Hari esok aku kembali menatap wajah MCQ, MCQ blok 7 tepatnya, dan aku masih harus menempuh 17 MCQ lainnya untuk bisa menyabet gelar S.Ked... Itu baru S.Ked, belum dr. loh… Haha, perjalananku masih panjang ternyata. Tapi kenapa waktu ini terasa begitu cepat? Rasanya baru kari kemarin aku lulus Ujian Nasional, merasakan ketar-ketirnya kekhawatiran tidak lulus ujian. Duh, apa yang harus aku lakukan kalau sampai gak lulus? Ikutan paket C dengan resiko kehilangan kesempatan PBUD dari UMY? Oh tidakk… Untungnya Alhamdulillah itu tidak terjadi.
Nah, serasa mimpi akhirnya aku bisa kuliah, di Fakultas yang aku idam-idamkan sejak TK, cita-cita klasik anak TK. Dokter. Tapi bagiku ini bukan hal klasik, ini hal yang futuristik, cita-citaku, untuk masa depanku. Sayangnya, kata orang banyak nih, senengnya di FK tuh cuma pas keterimanya aja, ngejalaninnya gak enak. Nah loh, itu kan proses, semua proses itu lebih mengarah kepada hal yang menjemukan, tidak menyenangkan, bahkan membosankan. Manusia cenderung ingin instan, tanpa melalui hal-hal yang menjemukan, tidak menyenangkan dan membosankan. Apa tanpa itu semua dapat menjadikan kita lebih berkualitas? Apakah tanpa proses semua dapat berjalan lancar?
Se-instan-instannya mie instan, pasti mie itu butuh direbus dulu, itu artinya dia butuh proses agar bisa disantap sesuai saran penyajian. Karena sebenarnya di dunia ini tidak ada sesuatu pun yang diciptakan tanpa proses. Dan proses itu memang kadang tidak menyenangkan. Tapi dengan itu, akhirnya indah.  Inget cerita Si Kelinci dan Si Kura-Kura kan? Yah, cerita anak-anak. Sederhana sekali ceritanya, tapi disana makna dalem bangeet…
Si Kelinci yang memang memiliki kemampuan berlari lebih cepat malah menghabiskan waktunya dengan tidur, karena dia yakin kura-kura jalannya amat lambat. Memang Si Kura-kura lambat, lelet banget malah, tapi dengan gigihnya ia menepiskan hal-hal yang yang menjemukan yang ada di pikirannya. Ia menjalani tapak demi setapak perjalanannya menuju garis finish, meski ia tahu itu tidak mudah. Ia memilih jalan yang tidak menyenangkan dengan harapan  yang menyenangkan di akhirnya.
Terbukti, Si Kelinci kalah dalam turnamen itu, ia terlena dengan tidurnya. Hal yang tentunya lebih menyenangkan dibanding harus berlari. Tapi ia pasti menyesal sekali karena ia harus menerima kekalahan.
 “Kenapa  aku harus kalah dengan kura-kura yang lambat itu? Lariku kan lebih cepat… Mungkin seandainya aku tidak tidur, aku tidak harus mendapat kekalahan ini…”
Yah,, dia hanya bisa menyesali keadaan yang telah terjadi. Ternyata proses situ memang penting kan? Tak bisa seseorang langsung bisa jadi dokter tanpa sekolah terlebih dahulu, tanpa berusaha dulu. Kita yang sekarang pun tak bisa menjadi kita yang sekarang tanpa adanya lika-liku dan masalah yang sebelumnya pernah kita hadapi. Semua harus kita hadapi, tidak usah dihindari. Karena dengan menghindarinya justru akan menambah penyesalan kita di kemudian hari, seperti nasib Si Kelinci.
Jadi, masih maleskah untuk mejalani tugas-tugas kita sekarang? Males itu wajar, karena kemampuan manusia pun terbatas, tapi kita harus ingat tujuan awal kita. Aku pengen jadi dokter yang sukses, baik dunia akhirat, berguna bagi semua orang, maka aku harus melewati semua proses untuk itu semua. Salah satunya MCQ ini…=,=’ hahaha… Chayo Sy!
Kita semua pasti punya mimpi masing-masing, yang harus kita perhatikan adalah bukan seberapa besar mimpi kita, tapi seberapa besar usaha kita untuk mimpi itu.


Gambar: www.deviantart.com

Rabu, 29 September 2010

Novel yang Ilmiah, Supernova

Supernova bukan okultisme. Bukan institusi religi. Bukan kursus filsafat.
Supernova akan mengolah apa saja-sejarah, mitos, sains, bahkan daftar belanjaan-untuk menunjukan simpul-simpul benang perak dalam jaring laba-laba kehidupan.


Jika sekilas kita melihat judul buku ini orang-orang pasti akan mengira bahwa novel ini bercerita tentang serba-serbi kisah yang ada di luar angkasa. Siapa sangka alur novel ini menceritakan kisah cinta dan perselingkuhan. Klasik memang, tapi Dee berhasil meracik alur ceritanya menjadi luar biasa cantik dan tak biasa seperti novel-novel lain. Walau rumit, tapi buku ini benar-benar bergizi karena kerumitannya.

Awal kisah ini dimulai dari pertemuan Ruben dan Dhimas di Georgetown-tepat di bawah plang Wisconsin Avenue-bermandikan terik matahari musim panas Washington DC. Akhirnya mereka beserta rombongan dari masing-masing universitas berkumpul di Watergate Condominium, milik salah satu teman Dhimas. Mereka berpersta hingga mabuk. Dari sinilah keakraban Dhimas dan Ruben bersatu. Mengalir obrolan-obrolan yang lebih mirip diskusi karena banyak istilah yang tak biasa muncul. Seperti bifurkasi, chaos, kucing Schodinger, serorotin, dan masih banyak lagi. Footnote pun bisa sedikitnya membantu tapi terkadang malah lebih memusingkan karena bahasanya yang memerlukan pemahaman yang tinggi.
Percakapan mereka terus mengalir hingga Dhimas jujur bahwa ia adalah seorang gay dan tak disangka, Ruben pun tenyata sama dengan Dhimas. Saat itu mereka yang telah menjadi pasangan homo berikrar bahwa harus membuat satu masterpiece 10 tahun dari sekarang. Satu tulisan atau riset yang membantu menjembatani semua percabangan sains. Dirasa oleh Dhimas terlalu lama tapi akhirnya mereka sepakat.

Masterpiece ini tidak berbentuk jurnal ilmiah tetapi cerita. Roman sains yang romantis sekaligus puitis. Yang menceritakan Ferre yang biasa dipanggil Re. Seorang managing director sebuah perusahaan multinasional yang ganteng dan jadi dambaan setiap wanita. Ia jatuh cinta pada wartawan cantik bernama Rana yang sayangnya telah menikah dengan Arwin. Umur pernikahannya telah menginjak tahun ke-3.
Re memanggil Rana dengan sapaan Putri karena ia menganggap bahwa Rana adalah putri yang berada di dongeng masa kecilnya dimana ksatria amat mencintai Sang Putri yang telah kembali ke langit. Ksatria meminta bantuan pada Bintang Jatuh. Tapi ketika Putri sudah di depan mata, Bintang Jatuh mengkhianati ksatria. Bintang Jatuh telah jatuh cinta pada Putri dan membiarkan ksatria jatuh, mati di ketinggian angkasa. Sejak saat itu Re ingin menjadi ksatria dan mendapatkan Putri. Dan Ranalah orangnya orangnya. Ia tak peduli Rana sudah bersuami karena ksatria mencintai Putrinya.

Pada akhirnya, penyakit jantung Rana kambuh. Ia mesti di operasi. Re begitu khawatir sekaligus menyesal hanya bisa memandang Arwin yang bolak-balik mengurus Rana. Ia ingin berada di posisi Arwin dan memiliki Rana.
Setelah operasi selesai Arwin yang amat mencintai istrinya berusaha menuntaskan masalah mereka. Arwin tahu semuanya. Tapi karena ia terlalu mencintai Rana, ia rela melepas Rana. Rana terisak, menangis sejadi-jadinya dan memeluk Arwin, tapi itu bukan pelukan perpisahan, melainkan pelukan seseorang yang kembali.

Rana berpisah dengan Re. Hidupnya kacau selama 3 hari. Tidak ada nomor yang bisa dihubungi. Kejadian ini membuat heboh orang-orang. Dari mulai Hong Kong sampai New York menanyakan keberadaan managing director satu ini. Di saat inilah Re bertemu Diva model papan atas sekaligus tetangganya. Ia tidak pernah selalu ramah, tidak juga selalu judes. Tapi ia dingin, sinis, dan lidahnya sadis tanpa tedeng aling-aling.
Perlahan keadaan Re bisa kembali stabil setelah Diva datang. Cinta pun kembali tumbuh di diri Re. Rana tak dilupakan, ia tetap ada di hatinya.

Bagaimana dengan Supernova? Ternyata ia adalah Avatar di dunia maya. Cyber Avatar yang membantu permasalahan orang-orang lewat percakapan dunia maya. Ia pula yang membantu permasalahan Rana, Re, dan Arwin. Siapakah sebenrnya ia? Tak disangka Supernova adalah Diva, Bintang Jatuh yang pada akhirnya jatuh cinta pada Ksatria. Kejadian disebut koevolusi yaitu kemampuan makhluk hidup untuk mengubah konteks yang semula menjdi musuh akhirnya menjadi teman. Bahkan kekasih seperti yang terjadi pada Re dan Diva.

Semua alur cerita yang ditulis oleh Dhimas dan Ruben ini tidak semata hanya ada di dalam pikiran mereka, tapi juga tanpa mereka sadari ada orang yang mengalami kisah ini. Re, Rana, Diva, dan Arwin sebenarnya tokoh di dunia nyata, bukan yang di tuliskan oleh Dhimas dan Ruben. Kejadian rumit ini disebut tangled hierarchy oleh Ruben yakni hierarki yang sangat kompleks sehingga tidak bisa ditentukan lagi mana yang superior dan mana yang inferior. Sama halnya dengan pertanyaan “ayam dan telur”.
Pada akhirnya Dhimas dan Ruben mendapat e-mail dari Supernova yang berisi
ajakan untuk menjadi kandidatnya dalam menangani jaring laba-laba kehidupan yang terlalu luas ini.

Supernova adalah salah satu novel fiksi ilmiah yang benar-benar berbobot. Menurut
Dr. I. Bambang Sugiharto Supernova merupakan sebuah petualangan intelektual yang menerobos segala sekat disipliner; semacam perselingkuhan visioner yang mempesona antara fisika, psikologi, religi, mitos, dan fiksi. Tak hanya menggoda, novel ini mungkin bahkan penting.

Sesempurna apapun, tak ada gading yang tak retak. Ada saja kekurangan yang terdapat di buku karangan Dee ini. Dari sampulnya yang abstrak dan tak bersinopsis, sebagian orang mungkin tak akan meyadari bahwa alur ceritanya seperti yang sudah dijabarkan di atas.
Sebenarnya bahasa yang digunakan Dee cukup mudah untuk dimengerti, hanya saja percakapan antara Dimas dan Ruben yang terlalu rumit membuatnya sulit untuk dimengerti kebanyakan orang. Tapi inilah yang membuat kita berpikir lebih lanjut ketika membaca Supernova, karena dengan terus berpikir sel-sel otak kita akan memperbaharui diri lebih cepat untuk menambah kinerja otak itu sendiri.

Menariknya,lagi, puisi-puisi ynag ada di buku ini begitu indah dan seakan menjadi percakapan di masing-masing tokoh.
Karya sastra intelektual ini layak menjadi bestseller karena memang terbukti dari kehangatan menyengat yang ditawarkan novel unik ini. Selain itu juga menurut Taufiq Ismail Supernova merupakan salah satu kesegaran baru yang muncul dalan Sastra Indonesia tiga tahun ini. Tak aneh bukan jika Supernova jadi bestseller ?


Bandung, 21 Oktober 2007

Rahim, Sang Raja Semesta



Jadi, mengapa kisah ini penting untuk kuceritakan padamu? Agar kau lebih menghargai hidup. Menghargai setiap tarikan napas. Menghargai apa pun yang dianugerahkan Raja Semesta padamu. Kau beruntung memiliki orang tua yang baik dan mengasihimu, hingga saatnya kini kau bisa hadir di dunia dan menikmati segalanya—kau beruntung memiliki hidup.
Dan pada saatnya nanti, mungkin kau akan memiliki seorang anak yang bersemayam di rahim suci perempuanmu… Bila saat itu datang, apa pun alasanmu, kumohon jangan biarkan para penghuni Kerajaan Alam Rahim bersedih dan terluka lagi: jangan sekalipun kau berpikir untuk menggugurkan kandungannya atau malah melakukannya. Jangan menodai kesucian rahim perempuanmu. Jangan lakukan itu. Kumohon.


…asal kau tahu, Rahim adalah nama lain dari Raja Semesta.

Itulah kutipan paragraf dari buku Rahim ini.menunjukan betapa pentingnya buku ini dibaca.Membaca Rahim membuatku serasa masuk ke dunia dengan dimensi lain. Novel yang di lahirkan oleh Fahd Djibran ini tak layaknya novel-novel lain. Mungkin beberapa orang akan menyebutnya sastra, tapi Fahd lebih suka menyebut karyanya kali ini dengan dongeng. Dongeng sebuah kehidupan.
Dari manakah dimulainya kehidupan? Dari saat sperma bertemu dengan ovum dan membuahinya sehingga berkembang menjadi ’gumpalan sel’. Nah, ’gumpalan sel’ ini akan terus berkembang menjadi embrio, fetus, dan akhirnya menjadi janin, calon bayi dalam rahim. Tak pernah terpikirkan apa yang sebenarnya terjadi di dalam Alam Rahim tersebut, mungkin sang Ibu yang mengandung dan sang Ayah yang mengikuti perkembangan kandungan sang Ibu pun hanya dapat menerka-nerka apa yang terjadi pada bakal bayi dalam perutnya.
Dari desain covernya yang unik, kita sudah dapat membayangkan apa yang ada di dalam rahim, terdapat semesta luas yang patut digali, dilingdungi, dan dihargai. Dengan cover depan yang membentuk seorang perempuan hamil, dan paduan warna yang apik, Rahim ini akan mengajak kita masuk ke alam dimana kita tumbuh sebelum hadir di Alam Dunia.
Kisah ini diawali oleh munculnya seorang Pengabar Berita dari Alam Rahim bermana Dakka Madakka yang mempunyai misi untuk mengabarkan keadaan yang ada di Alam Rahim, yang bertujuan agar manusia lebih menghargai kesucian rahim kaum perempuan. Tidak hanya menganggapnya sebagai sebuah organ biologis semata yang berfungsi sebagai alat reproduksi, tapi juga mempercayai bahwa di sana ada kehidupan unik yang diciptakan oleh Raja Semesta.
Dakka menceritakan tahap apa yang terjadi di setiap perkembangan janin dan apa yang dilakukan janin di dalam sana. Hey, apa yang dia lakukan? Adakah yang bisa dia lakukan di dalam rahim yang sempit itu? Itulah uniknya imajinasi dalam pikiran Fahd, dia menciptakan tokoh Dakka sebagai perantaranya dalam menyampaikan apa yang ada dalam ruang imajinasinya di Alam Rahim.
Ternyata Si Bayi bermimpi di Alam Rahim, bermimpi bertemu orang-orang yang membekali dirinya berbagai ilmu dan budi pekerti sebagai bekalnya nanti di Alam Dunia. Si Bayi mendapatkan berbagai nasihat bijak yang membuatnya mengerti arti kehidupan. Ia bertemu Tuan Kucing yang Bisa Berbicara, Ikan Mas yang Bekerja Sebagai Koki, Amadeus, Aynu Si Gadis Buta Penunjuk Jalan, Profesor Waktu, Nenek Olav, dan Mahavatara.
Tak hanya Si Bayi yang dapat memetik hikmah dari pertemuannya dengan mereka. Saat membaca buku ini pun kita dapat mereguk berbagai pelajaran yang diterima Si Bayi untuk di aplikasikan di Alam Nyata, tak hanya dapat dinikmati Si Bayi di Alam Rahim.
Membaca alur karya Fahd kali ini benar-benar berbeda dengan alur karya-karya Fahd sebelumnya. Sebutlah A Cat In My Eyes dan Curhat Setan yang merupakan 2 karya yang terbit sebelum Rahim. 2 buku tersebut tidak disajikan seperti novel layaknya Rahim, 2 buku tersebut berisi tulisan-tulisan cerdas yang membuatmu terus berpikir dan bertanya.
Sedangkan karya lainya, seperti Revolusi Sekolah dan Being A Superstar adalah buku yang berisi tips dan motivasi untuk bergerak lebih maju lagi. Dan Rahim ini menjadi salah satu masterpiece dari Fahd Djibran menurut Nita Taufik, penyunting Rahim. Terlebih Fahd membuat Rahim ini ketika istrinya sedang mengandung sehingga membuat karyanya ini begitu hidup.
Tapi tetap, gaya tulisan Fahd ini begitu khas. Sejak saya mengenalnya saat masih nyantri, sebagai kakak kelas yang baik, ia bisa meledakkan semangat adik-adik kelasnya dengan tulisan-tulisannya di dinding, atau di majalah Pesantrend. Terlebih lagi, ia pernah menjadi mahasiswa HI International Class  UMY. Dalam pandangan mata awam saya, tulisannya selalu ringan dan enak dibaca. Sering tulisannya mengenai peristiwa sehari-hari yang sepele, tapi mengandung kedalaman yang selalu diikutsertaan di dalamnya.
Dari semua kebaikan dari buku ini, ada hal yang membuat saya geregetan. Waktu terbit yang di agendakan bulan Mei, terus mundur sehingga baru bisa saya dapatkan di Bulan Juli. Dan ketika akhirnya bisa saya nikmati karya Fahd yang satu ini, saya dapat lebih merasakan keagungan dan kasih sayang Raja Semesta penjaga Rahim. IBU...

Rabu, 15 September 2010

Tanda-tanda Orang yang Benar-benar Mencintai dan Menyayangi Kita



1. Orang yang mencintai kamu tidak pernah bisa memberikan alasan kenapa ia mencintai kamu, yang ia tahu di matanya hanya ada kamu satu2nya.

2. Kalau kamu sudah memiliki pacar atau kekasih ia tidak perduli, buat dia yang penting kamu bahagia dan kamu tetap impiannya.

3. Orang yang mencintai kamu selalu menerima kamu apa adanya, dimatanya kamu selalu yang tercantik atau yang tertampan. Walaupun mungkin kamu merasa berat badan kamu sudah berlebihan, atau kamu merasa kegemukan, atau kamu merasa tidak tampan.

4. Orang yang mencintai kamu selalu ingin tahu tentang apa saja yang kamu lalui sepanjang hari ini, ia ingin tahu kegiatan kamu.

5. Orang yang mencintai kamu akan mengirimkan sms seperti “selamat pagi”, “selamat hari minggu”, “selamat tidur” walaupun kamu tidak membalas pesannya.

6. Kalau kamu berulang tahun dan kamu tidak mengundangnya setidaknya ia akan menelpon untuk mengucapkan selamat atau mengirim pesan.

7. Orang yang mencintai kamu akan selalu mengingat setiap kejadian yang ia lalui bersama kamu, bahkan mungkin kejadian yang kamu sendiri sudah lupa setiap detailnya karena, saat itu ialah sesuatu yang berharga untuknya.
8. Orang yang mencintai kamu selalu mengingat tiap kata-kata yang kamu ucapkan bahkan mungkin kata-kata yang kamu sendiri lupa pernah mengatakannya.

9. Orang yang mencintai kamu akan belajar menyukai lagu-lagu kesukaanmu, bahkan mungkin meminjam CD/kaset kamu, karena ia ingin tahu kesukaanmu, kesukaanmu kesukaannya juga.

10. Kalau terakhir kali kalian bertemu kamu sedang sakit mungkin flu, terkilir, atau sakit gigi, beberapa hari kemudian ia akan mengirim sms dan menanyakan keadaanmu. karena ia mengkhawatirkanmu.

11. Kalau kamu bilang akan menghadapi ujian ia akan menanyakan kapan ujian itu, dan saat harinya tiba ia akan mengirimkan sms “good luck “untuk menyemangati kamu.

12 .Orang yang mencintai kamu akan memberikan suatu barang miliknya yang mungkin buat kamu itu ialah sesuatu yang biasa, tetapi itu ialah suatu barang yang istimewa buat dia.

13. Orang yang mencintai kamu akan terdiam sesaat, saat sedang berbicara ditelpon dengan kamu, sehingga kamu menjadi bingung, saat itu dia merasa sangat gugup karena kamu telah mengguncang dunianya.

14. Orang yang mencintai kamu selalu ingin berada di dekatmu dan ingin menghabiskan hari-harinya denganmu.

15. Jika suatu saat kamu harus pindah ke kota lain untuk waktu yang lain ia akan memberikan nasihat supaya kamu waspada dengan lingkungan yang bisa membawa pengaruh buruk bagimu.

16. Orang yang mencintai kamu bertindak lebih seperti saudara daripada seperti seorang kekasih.

17. Orang yang mencintai kamu sering melakukan hal-hal yang konyol seperti menelponmu 100 kali dalam sehari, atau membangunkanmu ditengah malam, karena ia mengirim sms atau menelponmu. Karena saat itu ia sedang memikirkan kamu.

18. Orang yang mencintai kamu kadang merindukanmu dan melakukan hal-hal yg membuat kamu jengkel atau gila, saat kamu bilang tindakannya membuatmu terganggu ia akan minta maaf dan tak akan melakukannya lagi.

19. Jika kamu memintanya untuk mengajarimu sesuatu maka ia akan mengajarimu dgn sabar walaupun kamu mungkin orang yang terbodoh di dunia!

20. Kalau kamu melihat handphone-nya maka namamu akan menghiasi sebagian besar “INBOX”nya.Ya,ia masih menyimpan pesan dari kamu walaupun pesan itu sudah kamu kirim sejak berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun yang lalu.

21. Dan jika kamu menghindarinya atau memberi reaksi penolakan, ia akan menyadarinya dan menghilang dari kehidupanmu, walaupun hal itu membunuh hatinya.........!!!!!

22. Jika suatu saat kamu merindukannya dan ingin memberinya kesempatan ia akan ada di sana menunggumu karena ia tak pernah mencari orang lain....!!


Sumber: Email dari elvisuzianti24@imel.com --> kira_tama@imel.com --> sy.arsasih@gmail.com...
Gambar: www.deviantart.com

Jumat, 10 September 2010

Korban Kekejian Mudik Lebaran -_______-


Ketika Bulan Ramadhan mencapai puncaknya, tradisi yang berlangsung di Indonesia adalah mudik. Entah berasal dari mana, karena di Al-Qur’an pun tak ada anjuran untuk “diwajibkan kamu sekalian mudik ke kampung halamanmu”. Hahaha… Orang-orang yang sudah merasakan berlebaran di Tanah Suci pun akan “kapok” karena lebaran di Mekkah tidak seramai di Indonesia. Sepi.  Ya, karena ini Indonesia. Negara penuh budaya dan tradisi unik. Termasuk mudik ini.
Betapa tidak,  siapa yang rela terjebak macet sampai berjam-jam? Uang yang dikumpulkan setahun pun kerap habis untuk mempersiapkan Hari Raya Lebaran. Tak jarang akhirnya terjadi kecelakaan di jalur mudik yang padat merayap, atau karena lelah dan ngantuk, niat untuk temu kangen keluarga berakhir dengan tidak bertemu selamanya. Mudik ternyata besar sekali resikonya. Tapi semua luntur demi seuntai tali silaturahim. Bertemu sanak saudara, dari yang terdekat hingga yang hubungannya paling jauh sekali pun, ada yang memang belum pernah bertemu, padahal ternyata saudara. Indahnya…
Tapi itu dia, mudik memiliki kekejian terselubung, hehe… Kejam sekali yah aku bilang begitu? Iya memang indah, tapi dibalik keindahannya terselip suka duka yang penuh cerita. Ini terjadi di mudik 2 tahun terakhir. Seperti biasa, menjelang mudik semua orang pasti sibuk masing-masing dengan urusannya. Ayah dengan mobilnya, adik-adikku dengan bajunya dan hal-hal sepele lainnya, Ibu dengan masakannya, cuciannya, setrikaannya, dan semua pekerjaan-pekerjaan Si Bibi yang sudah mudik duluan, sibuk. Aku? Yah…anak perempuan tertua punya kewajiban untuk menjabat posisi Si Bibi yang sudah mudik duluan. Maka kesibukan yang dipikirkan ibu pun diwariskan padaku dan haruslah kukerjakan. Ikhlas… Ikhlas…haha…
Biasanya kita mudik malam hari, selain adem, resiko terjebak macet pun bisa di minimalisir. Mobil yang ada banyaknya truk atau bis malam, para penumpang di mobil pun akan terlelap karena sudah malam, tinggallah ayah dan Adit adikku bergantian mengemudikan mobil bergantian berdua. Ngebut, menembus jalur mudik yang siang tadi padat. Sampai di Cirebon pun yang biasanya bisa sampai 5 jam, 4 jam pun didapat.
Ya, itu biasanya. Di mudik 1430 H, kami coba-coba berangkat siang, ramai-ramai dengan rombongan uwakku dari Bekasi. Ba’da dhuhur kami bersiap-siap membawa segala perbekalan dan oleh-oleh yang berjubel sekali di dalam bagasi hingga sepertinya kalau aku jadi mobilnya, aku bakal mogok jalan. ^_^ v Untungnya mobilku baik hati. Oh… Dia mobil yang tangguh, aku suka dia, dengan setia menemani perjalanan kami kemana pun kami pergi, karena kami hanya memilikinya. The only one car we’ve…
Berangkatlah kami menuju Cirebon kampung halaman kami. Desa Wangkelang desa ayahku, dan Desa Panongan desa ibuku. Senang riang kami memulai keberangkatan kami. Sampai di Jatinagor, mulailah muncul percik-percik kemacetan. Ketika itu, sabar mulai ditinggikan, menunggu mobil melaju lagi dengan lancar. Dinginnya AC mobilku tak mempan melawan teriknya panas matahari. Kami tetap merasakan panasnya udara luar, aahhh…hauss mulai menyerang kami. Mobil hanya bias merayap, diam, merayap, diam lagi. Bosan aku melihat tingkahmu mobilku… Terlebih aku mulai muak melihat jejeran mobil di depan dan belakang. Tidur pun tak bisa, hanya bisa tertegun menunggu mobil melaju kembali.
Walau merayap, sedikit demi sedikit kami mulai bisa keluar dari antrian panjang kemacetan arus mudik. Tapi bukan hanya di Jatinangor saja, entah daerah mana itu, kembali macet juga. Dimana ada mudik, disana pasti macet. Yah… pasti macet. Semua kendaraan dari kota tumplek blek, tumpah ruah menuju kota kecil dimana mereka berasal. Menuju jalur yang sama. Jika biasanya menuju Cirebon dari Bandung itu 4-5 jam, maka kali ini kami menempuh perjalanan selama 12 jam!!! Oh tidaakk… Waktu selama itu bisa sampai ke Yogyakarta. Berangkat pukul 13.00, sampai pukul 01.00… Aku langsung limbung mencari kasur. Lelah sekali, padahal aku tidak mengemudikan mobil. Apalagi ayah dan adikku yang mengemudikan mobil, di tengah macet pula, mereka pasti lebih lelah daripada aku.
Itu 1430 H, sekarang di 1431 H kami mengalami hal serupa, bahkan mungkin lebih parah. Masih diawali dengan kesibukan-kesibukan pribadi, menggantikan tugas Si Bibi, sampai diomelin ini-itu karena hal-hal sepele. Melihat di berita jalur mudik amat sangat begitu padat, maka di putuskanlah untuk kembali mudik di malam hari. Pada H -2 lebaran.
Rencana awal, berangkat langsung setelah buka puasa. Hujan turun deras sekali, takut banjir lagi, maka Persiapan sana-sini, matikan lampu, matikan listrik, cuci piring, tutup saluran air, dan kunci sana-sini. Adzan isya pun berkumandang. Batal sudah sebelum isya sudah berangkat. Kami memutuskan untuk shalat isya terlebih dahulu. Akhirnya dengan segala kesibukan, pukul 20.00 kami berangkat menuju Cirebon. Di Jatinangor lancar, tidak tahun sebelumnya yang macetnya minta ampun. Laju mobil membuat kantuk menyerangku, akhirnya lelap membuatku tak sadarkan diri.
Aku terbangun karena mobil tak melaju lagi, ada apa gerangan?
“Bu, ini dimana? Cadas Pangeran bukan?” Aku bingung, terlebih mobil sudah mengular panjang sekali.
“Cadas Pangeran mah udah kelewat, ini di Sumedang”
Wah, Sumedang ternyata. Tepatnya di daerah Paseh, saat itu pukul 23.00. Mesin mobil masih menyala, selang beberapa waktu kemudian, rasanya tidaka ada tanda-tanda mobil bisa melaju kembali. Maka mesin mobil pun dimatikan. Mobil kami bergeming, macet total, tak ada satu mobil pun yang bisa sedikitnya melebarkan langkahnya.
Pukul 00.00 tiba, macet masih total. Bahkan aku sempat tertidur sebentar, bangun, dan akhirnya keluar dari mobil untuk meluruskan badan. Pegal sekali rasanya badanku. Pantatku ngilu karena terlalu lama duduk. Udara luar terhirup juga dengan seiring aku keluar dari mobil, segarnyaa… ternyata banyak juga orang yang keluar mobil. Karena memang saking lamanya mobil tak bisa jalan. Hingga pukul 02.00 dini hari mesin mobil tak hidup. Sedikit demi sedikit akhirnya bisa juga mobil melaju, hanya sedikit tapi. Masih merayap, diam, merayap, diam lagi.
Lelah kembali menyergapku. Aku terlelap dan ketika bangun, ternyata kami sudah ada di daerah Tomo. Kami berhenti untuk sahur. Tak kusangka kami akan sahur di jalan. Ah, rasanya sulit sekali untuk makan sahur, tapi semuanya pun memaksakan diri untuk makan. Tak ingin berlama-lama, kami meneruskan perjalanan, menembus gelapnya waktu sahur dan berhenti di Jati Wangi.
Ternyata jalan menuju Cirebon belum bisa mulus, masih harus bermacet-macet ria. Terjebak padatanya kendaraan, ada pasar kaget pula, bertambahlah tingkat kemacetan hari itu. Kembali merayap, diam, merayap, diam lagi. Terlebih cuaca panas dan teriknya matahari pagi Cirebon mulai menyebar. Beruntung kami bisa sampai dengan selamat. Alhamdulillah, kami sampai ke Wangkelang pukul 09.00!
13 jam total perjalanan kami. Padahal itu perjalanan malam. Baru kali itu perjalanan mudik malam kami dihantui dengan kata macet. Macet total. Tapi memang itulah yang berkesan. Dengan macet itu, ada yang bisa diceritakan, ada yang bisa dibagi dengan orang lain. Dengan macet pula, aku dapat inspirasi untuk posting kembali, hahaha… Memang macet adalah kekejian mudik yang terselubung. Yah, tapi sejauh ini, kami menikmati asam manisnya mudik. Kata orang sih, ini seninya mudik.
“Kalau mudik gak macet, ya gak rame… Hahaha…”
Akhirnya, inti dari mudik adalah kekuatan untuk menjalin tali silaturahim dengan keluarga dan kerabat. Saling bermaaf-maafan dan merayakan Hari Raya bersama keluarga. Begitu lega rasanya saat tiba di rumah dalam keadaan selamat, sehat wal afiat.
Seuntai tali silaturahim itu semoga tetap bisa terjalin erat sebagai penghubung untuk dapat saling memaafkan. Taqabalallahu minna wa minkum. Semoga semua kesabaran dan keihlasan yang sedikit demi sedikit terpatri di dalam hati dapat menjadi ladang amal yang bisa mengantarkan kita semua ke surga. Amiinn…


Gambar: www.deviantart.com 

Senin, 06 September 2010

Keberuntungan: Buah dari Kesabaran



Rasanya familiar mungkin saat mendengar kalimat ‘The Old Man and The Sea’. Bagaimana tidak, karya Ernest Hemingway ini begitu menyita perhatian dunia. Penghargaan Pulitzer tahun 1953 untuk kategori fiksi berhasil disabet oleh Hemingway melalui karyanya ini. Ia juga memperoleh Award of Merit Medal for Novel dari American Academy of Letters di tahun yang sama. Puncaknya, ia memperoleh Penghargaan Nobel Sastra tahun 1954 untuk keahliannnya yang luar biasa pada seni narasi di karyanya yang terakhir ini.

Mengapa kisah lelaki tua dan laut ini begitu sensasional? Tidak saja sensasional di kalangan dunia sastra, tapi kisah ini pun memang inspirasional. Ada kesabaran, ketabahan, kebersahajaan, kekuatan untuk selalu berpikir positif, semangat, dan kekuatan hati yang tak henti di kisah ini. Nelayan tua yang berjuang 84 hari hanya menghasilkan tangan kosong, tapi ia tak menyerah, berhari-hari ia berjuang di laut lepas.

Kisah yang terekam di 132 halaman ini terlalu panjang untuk di sebut cerpen, tapi terlalu pendek bila disebut novel, maka karya Hemingway ini disebut novella (novel pendek). Ini telihat dari penyajiannya yang tidak dibatasi oleh bab-bab buku.
Adalah Santiago seorang nelayan tua yang telah melaut selama 84 hari tanpa mendapat seekor ikan pun. Karena tampaknya ia sangat sial, muridnya Manolin dilarang oleh orang tuanya untuk pergi melaut lagi dengan lelaki tua itu. Lantaran Manolin begitu berdedikasi pada Sntiago, ia tetap mengujungi gubuknya, mengantarkan makanan, dan membicarakan tim baseball Amerika favorit mereka. Santiago memutuskan untuk berlayar di hari berikutnya. Hari ke-85. Ia yakin ia bisa beruntung mendapatkan ikan di hari itu.

Tak banyak bekal yang ia bawa hari itu. Ia berbekal keyakinan dan tekad yang kuat serta kesabaran yang tak pernah luntur. Ia pun tak akan menyangka akan mendapatkan hal yang luar biasa di hari itu. Dari 3 umpan yang ia lepas, akhirnya 1 umpan dibabat habis oleh ikan terbang. Olehnya ikan ini dijadikan bekal untuk makan malam. Ia masih menunggu, menunggu ikan lain melahap umpannya.

Saat laut masih tenang, ada yang menggerakkan tali pancingnya. Ia terkejut, senangnya alang kepalang. Ketika ia menarik tali tersebut, ikan berontak. Nampaknya ikan itu besar, ia terus menarik tali agar ikan itu bisa mendekat dan ia tangkap. Tapi yang ada, perahu kecilnya tertarik oleh ikan itu. Ternyata yang ia tangkap adalah ikan marlin raksasa. Panjangnya 18 kaki dari hidung sampai ekor. Lebih panjang dari perahu yang ia pakai. Kewalahan ia menghadapi ikan tersebut.

Dibiarkannyalah ikan tersebut menarik perahunya. Selama 3 kali matahari terbit dari timur, ia tetap memegangi tali pancing. Sampai kram dan penuh luka tangannya dibuat oleh ikan marlin itu. Berkali-kali ia merendam tangannya yang terluka di air laut agar bisa pulih kembali. Tapi ternyata ikan pun sudah lelah, ia berenang mengelilingi perahu kecil Santiago. Ditariklah tali yang memerangkap moncong panjang ikan tersebut, setelah mendekat baru ia bisa menghunuskan seruit pada tubuhnya hingga mati.

Tak hanya sampai disitu perjuangan Santiago. Seruit yang ia hunuskan ke tubuh marlin raksasa tersebut menimbulkan genangan darah yang cepat atau lambat akan mengundang hiu-hiu yang lapar. Maka pertarungan pun masih berlangsung, kali ini dengan hiu-hiu yang ingin mencaplok daging segar marlin raksasa. Saking besarnya ikan tersebut hingga tak dapat dinaikkan ke atas perahu. Hanya diikatkan ke badan perahu saja sehingga begitu mudah bagi hiu-hiu untuk menikmati daging segar.

Tak terima dengan penyerangan tersebut,lelaki tua terus melawan dan ia berhasil membunuh beberapa ekor hiu. Walau saat ia sampai ke pantai, hanya tinggal tersisa tulang belulang yang amat besar dari ikan marlin raksasa tersebut.

Kisahnya sederhana, tapi penjabaran dari Ernest Hemingway mengenai lelaki tua ini begitu hidup, seakan kita tersedot ke dalam buku dan menyaksikan sendiri adegan yang dimainkan oleh lelaki tua tersebut bersama ikan marlin raksasa. Rasa sakit yang menyelimuti dirinya selalu bisa diatasi dengan baik. Ia selalu memandang kejadian yang terjadi pada dirinya saat itu dengan rasa syukur. Ia tetap bertekad untuk dapat menyelesaikan semuanya dengan baik, bahwa ia masih bisa berlayar dan menangkap ikan layaknya nelayan tangguh walau ia sudah tua.

Novella ini layak menjadi daftar rekomendasi buku yang harus dibaca. Selain karena memang sudah diakui sebagai karya yang ‘go internasional’, banyak yang bisa dipetik dari kisah lelaki tua ini. Memang mungkin bagi beberapa orang yang kurang suka karya terjemahan, akan agak sulit untuk sekaligus paham dari tiap kata dari kisah ini. Tapi, tak ada salahnya mengenal karya sastra dunia.

The Old Man and The Sea ditulis di Kuba pada tahun 1951 dan diterbitkan pertama kali oleh penerbit Charles Scibner’s Sons pada 8 September 1952. Novella ini menjadi karya fiksi terakhir yang dihasilkan Hemingway dan diterbitkan sewaktu ia hidup. Ia sendiri bunuh diri pada pagi hari 2 Juli 1961, dengan sebuah senapan yang ditembakkan ke kepalanya.

Sabtu, 14 Agustus 2010

Cerita Merah Putih



Pagi ini orang-orang di rumahku baru sadar bahwa Sang Saka Merah Putih belum dipasang di singgasananya. Padahal tiang itu sudah ditanam sejak angka di bulan Agustus masih muda. terutama yang bersemangat adalah ibuku. Baru sadar pula tenyata tali tambang yang ada di tiang itu posisinya belum layak untuk dijadikan singgasana Sang Saka Merah Putih. Karena hanya memakai tambang polosan dan tidak ada pengait disana, maka jika tidak dibuatkan simpul merosotlah Sang Saka Merah Putih. Jangankan berkibar di ujung atas tiang, di setengah tiang pun tak nampak. Nantinya malah meringkuk di bawah. Percuma tambang dikerek, tak akan bendera naik ke atas.
Tambang pun akhirnya diputus, terbagi dua. Di salah satu tali dibuatkan simpul mati oleh ibuku. Untuk merapatkan kembali bekas potongan tadi, digunakanlah korek api. Aku bantu menyalakan korek. Tapi memang dasar angin sudah tak sabar ingin menggoda Sang Saka Merah Putih, berhembus terus udara yang bergerak hingga mati setitik api yang ada di korek. Seperempat korek habis, tapi tak juga memberikan hasil. Tali nya tak mau bersatu. Ami adikku terus saja berteriak menyemangati dengan suara cemprengnya.
“Ibu, teteh, cepetaan… Ami pengen hormat sambil nyanyi Indonesia Raya..!”
Huaahh…dasar anak kecil, bisanya membuat orang diburu-buru… tetap saja tali tambang seakan urung niat untuk di hinggapi badan bendera. Akhirnya kami memutuskan untuk pindah posisi ke balik pagar. Lebih baik, tapi tak berhasil juga.
“Ibu… Ami pengen makan…” Adikku nampaknya bosan hanya menjadi penonton. Aduhh…aku juga pengen makan ibuu… Ingin sekali aku ucapkan kalimat tersebut saat itu. Tapi tampaknya percuma, yang akan disuapi hanya adikku. Ya, bulan Agustus tahun ini bertepatan dengan Ramadhan.
Maka diserahkanlah tugas mulia menjadi comblang tali tambang itu pada ayahku. Masih aku yang menjadi asisten, kini aku yang memegangi tali. Satu korek, mati. Yang kedua, masih tertiup, mati. Korek ketiga, mati segan hidup tak mau, tapi ia memilih mati.
“Yah, coba pake bensin”
“Ngaco, kebakar semua atuh!”
“Bukan bahan bakar bensin, tapi korek bensin Ayah…”
“Oh… Iya ya, bentar…”
Kau mengerti kan benda apa yang aku maksud? Apa itu namanya, tapi beberapa orang hanya menyebutnya dengan bensin. Setidaknya api akan bertahan lebih lama jika menggunakan korek bensin, dan tali pun bersatu…
Tak lama, ayah datang dengan korek bensin di tangannya. Langsung saja api diarahkan pada tali yang kupegang. Lelehan tali tambang yang berwarna biru itu menjadi hitam. Kutiup sambil kutekan-tekan agar merapat. Yaa,,lebih baik dari yang sebelumnya. Tapi kami masih sangsi dengan yang kami lakukan, tali itu belum rapat benar. Berkali-kali kami paparkan dengan api, tapi sepertinya tali tambang makin renggang. Bingung. Apakah ada teknik tertentu untuk menyatukan tali tambang yang terpisah?
“Sini deh, mending diiket aja.” Uwak ku geregetan dengan tingkah kami yang hamper geje. Gak jelas.
“Bentar sih Wak… Ni udah mau nyatu qo…” Belaku.
“Mana? Ntar juga lepas lagi coba…”
Benar ucapannya, tali tambang yang sudah kami bakar tak mau rujuk, mereka pisah lagi. Direbutlah tali tambang dari genggamanku, di buatnya simpul mati. Tak perlu bakar, tak perlu tiup. Kencanglah ikatannya. Tali tambang rujuk dengan paksa. Walau jika diperhatika dengan seksama tidak indah, tapi Sang Saka Merah Putih dapat berkibar dengan gagah di ujung atas singgasananya. Berkilau cemerlang disambut sang mentari dan desau angin yang menggodanya.
“Hormaaat….Grak!”

Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Disanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku

Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu

Hiduplah tanahku
Hiduplah negriku
Bangsaku Rakyatku semuanya
Bangunlah jiwanya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya
Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya


Foto: www.deviantatr.com

Senin, 09 Agustus 2010

Hujan



Hujan…

Setiap rintiknya tertambat kenangan. Tangis, tawa, sedu, sedan. Bagiku pun tersimpan kenangan di sana, di tiap tetes dan riak banyu yang terurai di jalanan. Bahagia kurasa, karena berkah menghambur bumi. Hawa panas jadi turun, dingin menyelinap. Sebagian menunggu sebagian menggerutu.

Hujan…

Setiap kerilngnya tercium kenangan. Pahit, manis, suka, duka. Padaku terpatri satu kenangan tentang hujan, aku yakin tiap orang pun punya kenangan disana. Entah di tetes yang mana, tetes ke berapa. Kini, kenangan itu menyeruak memenuhi dimensi otakku.

Hujan…

Setiap jejak basahnya menyisakan kenangan. Tak ingin aku mengingatnya, atau sekedar teringatkan. Pahit kah? Tidak, yang ini aku suka, karena manis rasanya. Tapi, menyisakan duka yang membuat luka. Bukan maksudku menyalahkanmu hujan, aku hanya sedang kalut. Do’akan saja semoga waktu dapat menyembuhkan luka ini.


Kala hujan,tentangnya…

Foto: http//:www.deviantart,com