Selasa, 05 Oktober 2010

Mimpi Si Kura-Kura



Hari esok aku kembali menatap wajah MCQ, MCQ blok 7 tepatnya, dan aku masih harus menempuh 17 MCQ lainnya untuk bisa menyabet gelar S.Ked... Itu baru S.Ked, belum dr. loh… Haha, perjalananku masih panjang ternyata. Tapi kenapa waktu ini terasa begitu cepat? Rasanya baru kari kemarin aku lulus Ujian Nasional, merasakan ketar-ketirnya kekhawatiran tidak lulus ujian. Duh, apa yang harus aku lakukan kalau sampai gak lulus? Ikutan paket C dengan resiko kehilangan kesempatan PBUD dari UMY? Oh tidakk… Untungnya Alhamdulillah itu tidak terjadi.
Nah, serasa mimpi akhirnya aku bisa kuliah, di Fakultas yang aku idam-idamkan sejak TK, cita-cita klasik anak TK. Dokter. Tapi bagiku ini bukan hal klasik, ini hal yang futuristik, cita-citaku, untuk masa depanku. Sayangnya, kata orang banyak nih, senengnya di FK tuh cuma pas keterimanya aja, ngejalaninnya gak enak. Nah loh, itu kan proses, semua proses itu lebih mengarah kepada hal yang menjemukan, tidak menyenangkan, bahkan membosankan. Manusia cenderung ingin instan, tanpa melalui hal-hal yang menjemukan, tidak menyenangkan dan membosankan. Apa tanpa itu semua dapat menjadikan kita lebih berkualitas? Apakah tanpa proses semua dapat berjalan lancar?
Se-instan-instannya mie instan, pasti mie itu butuh direbus dulu, itu artinya dia butuh proses agar bisa disantap sesuai saran penyajian. Karena sebenarnya di dunia ini tidak ada sesuatu pun yang diciptakan tanpa proses. Dan proses itu memang kadang tidak menyenangkan. Tapi dengan itu, akhirnya indah.  Inget cerita Si Kelinci dan Si Kura-Kura kan? Yah, cerita anak-anak. Sederhana sekali ceritanya, tapi disana makna dalem bangeet…
Si Kelinci yang memang memiliki kemampuan berlari lebih cepat malah menghabiskan waktunya dengan tidur, karena dia yakin kura-kura jalannya amat lambat. Memang Si Kura-kura lambat, lelet banget malah, tapi dengan gigihnya ia menepiskan hal-hal yang yang menjemukan yang ada di pikirannya. Ia menjalani tapak demi setapak perjalanannya menuju garis finish, meski ia tahu itu tidak mudah. Ia memilih jalan yang tidak menyenangkan dengan harapan  yang menyenangkan di akhirnya.
Terbukti, Si Kelinci kalah dalam turnamen itu, ia terlena dengan tidurnya. Hal yang tentunya lebih menyenangkan dibanding harus berlari. Tapi ia pasti menyesal sekali karena ia harus menerima kekalahan.
 “Kenapa  aku harus kalah dengan kura-kura yang lambat itu? Lariku kan lebih cepat… Mungkin seandainya aku tidak tidur, aku tidak harus mendapat kekalahan ini…”
Yah,, dia hanya bisa menyesali keadaan yang telah terjadi. Ternyata proses situ memang penting kan? Tak bisa seseorang langsung bisa jadi dokter tanpa sekolah terlebih dahulu, tanpa berusaha dulu. Kita yang sekarang pun tak bisa menjadi kita yang sekarang tanpa adanya lika-liku dan masalah yang sebelumnya pernah kita hadapi. Semua harus kita hadapi, tidak usah dihindari. Karena dengan menghindarinya justru akan menambah penyesalan kita di kemudian hari, seperti nasib Si Kelinci.
Jadi, masih maleskah untuk mejalani tugas-tugas kita sekarang? Males itu wajar, karena kemampuan manusia pun terbatas, tapi kita harus ingat tujuan awal kita. Aku pengen jadi dokter yang sukses, baik dunia akhirat, berguna bagi semua orang, maka aku harus melewati semua proses untuk itu semua. Salah satunya MCQ ini…=,=’ hahaha… Chayo Sy!
Kita semua pasti punya mimpi masing-masing, yang harus kita perhatikan adalah bukan seberapa besar mimpi kita, tapi seberapa besar usaha kita untuk mimpi itu.


Gambar: www.deviantart.com

2 komentar:

  1. yap...semuanya butuh proses..

    kadang-kadang manusia menyerah dalam proses dan berhenti tanpa ingin melanjutkan lagi ketika apa yang dicapainya sudah tercapai..

    semangat!!!!

    BalasHapus
  2. iya..kenapa yah? pasti gara2 c om tuuhh...iya kan?hehe..

    apapun itu yang menghalangi...

    harus tetap semangat!!!...^^

    BalasHapus