Rabu, 18 Juli 2007

Aku Yang Tersakiti


Saat pulang, kenapa hati ini jadi bimbang? Seakan segalanya menimpa dan membuatku sesak! Semuanya jadi serba salah. Tak ada yang berkesan dari pertemuanku di sudut pondok. Hatiku sakit, tapi ekspresiku berkelit.Semuanya tersembunyi dan palsu saat itu...

Bingung! Segalanya begitu berbelat-belit. Aku tak bisa lagi menyangkal. Pertahananku rubuh. Untungnya masih tersembunyi sampai saat ini. Rubuh, tapi masih menyisakan reruntuhan yang entah kapan akan tumbang. Hanya sesal sekarang. Penyesalan memang datang di akhir, kalau di awal itu intropeksi namanya.

Sakit hati karena menyakiti... ya, itu yang membuat pertahananku rubuh. Rubuh, tapi masih menyisakan reruntuhan yang entah kapan akan tumbang. Parahnya aku tak paham dan tak merasakan apa yang sebenarnya terjadi. Terkadang orang lain mengatakan aku tak punya hati. Tapi aku masih manusia yang punya perasaan. Sama saja.

Tembok jadi sasaran luapan emosi. Emosi yang sarat hantaman dan air mata.tembok kamar mandi yang menyisakan kesejukan dari air. Hatiku kalut. Beban itu terus menimpa.

Desauan angin malam, percik air yang mengalir dari kran, tiang yang bergoyang, iringi musik malam. Menbuatku makin merasakan kekalutan. Kuhentakan kakiku, kuhantamkan bogemku, kepalaku pusing. Otakku tak mampu menghadapi hal rumit ini. Ah... aku menyerah. Menyerah oleh keadaan yang tak bisa di ubah, setidaknya untuk saat ini.

Aku berwudhu. Kuhempaskan air ke wajahku. Biar basah dan emosi mengalir turun. Aku masih menangis. Bismillah...

Kucuci bekas hantaman dari telapak tanganku. Kusemburkan nafas emosi dari mulut dan hidungku. Kubasuh kekalutan di wajahku. Kualiri kegeraman di tangku dengan sejuknya air wudhu. Kudinginkan kepalaku dari panas yang membara. Kujejaki liang telingaku dengan kepasrahan. Kuhentikan hentakan kakiku dengan tiga kali banjuran air yang akhirnya sedikit banyak memadamkan bara di sekujur tubuhku. Alhamdulillah...

Agak lega rasanya. Aku khilaf atas segala hal yang terjadi. Walaupun masih bingung, aku tetap menormalkan semuanya. Walaupun terus dengan sedikit resiko tersakiti lagi... Aku yang tersakiti.


Gambar: www.deviantart.com






Hubungan Antara Perasaan dan Mimik


Adakah hubungan antara perasaan dan mimik wajah? Orang-orang pasti menjawab iya. Karena memang perasaan itu selalu bisa diwujudkan berawal dari mimik wajah. Rona muka yang berubah saat rasa yang beda masuk.
Orang bilang iya, tapi aku tidak. Bukan karena tak punya perasaan, tapi karena aku pandai “menyamar”. Menyamarkan perasaan. Bebuat hal ini agar orang-orang tak terluka dan merelakan diriku yang terluka. Aku merelakannya agar rasa kasihan ini berkurang… Tapi tak bisa.




Gambar: www.deviantart.com